Campur-Camour. Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 25 April 2014

Novel Motivasi Masuk STAN : "Jalan Terjal Ke Kampus Ali Wardhana" Eps. 04

Allah Itu Maha Penolong Nak, Berusahalah…!!


  “Assalamu’alaikum…”, aku sampai didepan pintu rumah, dan langsung masuk menuju kamarku. “Dari mana saja kamu Fin?, kok baru pulang”, Ayah ku melontarkan pertanyaan. Aku tidak menghiraukan pertanyaan itu, dan aku langsung masuk kamar dan merebahkan diri, dan akupun tertidur pulas.

“Fin…Fin… bangun, Nak… Udah magrib, kamu belum Sholat kan?” Ibu mencoba membangunkan ku. “Iya Bu, bentar lagi”, jawabku singkat.

“Ooh, Ok… Nanti jangan salahkan Tuhan ya, jika rizki kamu ditunda oleh Allah”, Ibu pergi meninggalkanku. Mendengar kata-kata Ibu, aku langsung terbangun, dan pergi berwudhu dan segera mengerjakan Sholat maghrib. Yaa, itulah kata-kata yang selalu menjadi andalan orang tuaku, mereka tidak pernah memaksaku, tapi beliau mencoba mendidik aku untuk selalu sadar dengan kewajiban.
Selesai melaksanakan Sholat maghrib, Aku, Ayah, Ibu dan Kakakku berkumpul untuk makan malam. Makan malam yang sederhana, dan jauh dari kata mewah.    

 “Eh, Fin… kamu kenapa? Ayah perhatikan kamu murung aja dari tadi sore, ada masalah apa? Tidak biasanya kamu seperti ini, Nak”, ayahku memecah keheningan malam itu.

“Gak ada apa-apa Yah, aku Cuma kurang enak badan aja”, jawabku singkat, sambil terus menyantap makan malam.

“Ahh, Ayah gak percaya. Ayo ceritakan saja”, ayah mulai mendesak.

“Begini Yah, aku nanti setelah lulus SMA pengen kuliah di STAN yaitu salah satu sekolah kedinasan yang bebas uang kuliah, dapat uang saku, dan nanti kalo udah lulus langsung bekerja di departemen keuangan”, aku mulai menjelaskan.

“Waaah, bagus itu Fin”, Ibuku ikut berkomentar.
“Laah, terus kenapa kamu sedih?”, ayahku bertanya heran.
“Nah, itu dia Yah, salah satu yang diteskan adalah Bahasa Inggris, sedangkan aku sama sekali tidak bisa Bahasa Inggris”, aku mulai menjelaskan kesedihanku.

“Oooo itu toh masalahnya. Ok, begini saja, misalnya kamu ingin sekali pergi ke kota B, kamu mau lewat mana?” ayahku mulai aneh.
“Pakai pesawat, Yah”, jawabku singkat.
“Uang kamu gak cukup untuk tiket pesawatnya, dan kamu gak bisa bekerja”, ayah melanjutkan.
“Pakai jalur darat yang ongkosnya lebih murah”, Jawabku jutek sambil terus menyantap makanan.
“Jalan lewat A itu longsor, gak bisa dilalui”, balas ayah.
“Kan bisa lewat jalan C yah, walaupun agak jauh”, aku mulai heran dengan pertanyaan ayah.
“Jalan C juga rusak parah, macet dan sebagainya”. Ayah terus-terusan memojokkan ku.
“Jalan D juga masih ada kan Yah, jalan ke sana kan gak Cuma satu yah”, jawabku singkat.
“Hahahaha, nah itu kamu tahu Fin”, ayahku tertawa dan melanjutkan santapan malamnya.
Aku benar-benar bingung dengan kata-kata Ayahku, kok masalahnya jadi jalan-jalan begini. “Yah, maksud Ayah itu apa? Kok tiba-tiba jadi jalan-jalan begini, sih?” Aku mencoba mencari jawaban dari semua ini.

“Kamu masih belum ngerti juga ya? Begini, tadi kamu kan pengen masuk STAN, tapi kamu gak bisa Bahasa Inggris, lalu apakah kamu mau berhenti di sana? Nak, ingat semua itu pasti ada jalannya, kamu gak bisa bahasa inggris, kamu belajar. Kamu bahas soal-soal USM STAN tahun-tahun lalu, dan kamu pelajari polanya seperti apa, atau apalah yang bisa membuat kamu bisa berhasil. Ingat Nak, Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an ‘Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkan mu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolong mu setelah itu ?. karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang – orang mukmin bertawakal’. Apa kamu tidak percaya sama kekuasaan Allah? Apa kamu mau berhenti sampai di sini tanpa melakukan apapun? Kamu itu tidak seperti biasanya tahu gak, kamu itu bukan Alfin yang ayah kenal selama ini. Kamu lalukan apapun yang kamu bisa, selama itu bukan sebuah kecurangan”, ayah mengakhiri penjelasannya.

   Mendengar perkataan Ayahku, aku bagaikan mendapat sesuatu yang tidak bisa dinilai dengan apapun, aku kembali bergairah untuk mewujudkan mimpi-mimpiku, aku bangga dan merasa sangat beruntung memiliki seorang ayah seperti beliau. Ya… aku bangga…


***





"Say No To Copas"


Sumber Gambar : http://jambendawe2.wordpress.com/

0 komentar: