Campur-Camour. Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 25 April 2014

Novel Motivasi Masuk STAN : "Jalan Terjal Ke Kampus Ali Wardhana" Eps. 05

Jangan Buang-Buang Waktumu Fin, Pilih yang Pasti-Pasti Saja…!!

“Bu, Yah… aku berangkat sekolah dulu yaa, assalamu’alaikum’’, aku berpamitan dengan orang tuaku. Ya… pagi itu aku sengaja berangkat ke sekolah agak cepat, karena suatu hal. 

Sesampainya di sekolah, aku langsung memasuki kelas, dan langsung menemui temanku, namanya Rina.

 “Hy Rin, apa kabar?” aku menyapa Rina yang kebetulan lagi asyik membaca sebuah buku. Yaa… dia memang seorang siswi yang rajin, dan pintar di kelasku.

“Hy juga Fin, sehat…kamu apa kabar?” balas Rina.
“Alhamdulillah sehat juga Rin, eh Rin ngomong-ngomong kamu tahu tentang STAN?” aku mulai membuka obrolan tentang STAN.

“Tau Fin, STAN itu sekolah kedinasan, uang kuliahnya gratis, dapat uang saku, dan kalau udah lulus kita langsung ditempatkan di instansi di bawah kemeterian keuangan”, Rina menjawab, sambil terus asyik membaca bukunya.

 “Waaah, kamu tahu dari mana Rin”, aku mulai penasaran, kenapa dia bisa tahu banyak tentang STAN.
“Kan kemaren kak Rudy bilang gitu Fin, hehehe”, jawab Rina sedikit nyeleneh.

“sebenarnya aku udah tahu dari kakakku Fin, dia udah 2 kali ikut tesnya, tapi selalu gagal, padahal dia selalu juara kelas waktu sekolah, dan dia sudah mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari, dan akhirnya dia kuliah di Perguruan Tinggi Negeri Fin. Oh ya, kenapa kamu nanya-nanya Fin, kamu mau ikut tesnya juga yaa?” Rina mulai serius memperhatikanku.

“Iya Rin”, jawabku singkat. “Kamu punya buku soal-soal USM tahun-tahun sebelumnya Rin, punya kakakmu barangkali masih ada?” lanjutku.
“Fin, masuk STAN itu susah lho… saingannya ratusan ribu, dan yang diterima gak nyampe 4% pertahun” Rina benar-benar serius.

“Iyaa Rin, aku tau, makanya aku pengen nyoba”, jawabku.
“Fin, mending kamu stop deh mimpimu untuk ke sana, bukannya gimana… Aku sudah denger dari kakakku kalau yang bisa masuk ke sana itu cuma siswa pilihan, dia aja yang pinter dan juara kelas gak lolos Fin, apalagi kita yang untuk masuk 10 besar saja susahnya minta ampun. Tapi kalo kamu masih bersikeras, besok akan saya bawakan bukunya”, jelas Rina.

“Aku Cuma pengen nyoba aja Rin, dan aku cuma ingin merasakan persaingannya gimana, lagian kalau kita belum mencoba kenapa langsung bilang gak bisa”, jawabku.

“Bener sih, tapi maksudku itu, mending kita mempersiapkan diri untuk SNMPTN saja, kamu kan pinter dalam hal hitung-hitungan, kamu ambil aja kuliah matematik atau fisika atau apalah. Kita fokuskan kepada yang realistis aja Fin, jangan yang macam-macam dulu,” lanjut Rina.

“Iya sih Rin, tapi aku akan tetap mencoba, yang penting usaha dulu, kalau masalah lulus gak lulusnya biar Allah yang nentuin”, jawabku seraya pergi meninggalkan Rina.

“Ok Fin, good luck yaa, besok aku bawain buku-bukunya”, unagkap Rina sembari melanjutkan kegiatannya.
Pagi itu pikiranku benar-benar kacau, berharap Rina memberikan secercah semangat untukku, tapi malah sebaliknya, dia benar-benar membuat semangatku down. Tidak hanya sampai di sana, aku bahkan galau sampai aku sedikitpun tidak memperhatikan pelajaran saat itu.

Tidak terasa, bel tanda istirahatpun berdering, aku langsung berlari keluar kelas menuju toilet, mencuci muka, dan langsung berlari menuju ruangan Bu Lin. Yaa… Beliau adalah guru BK di sekolahku.

“Assalamu’alaikum Bu, Ibu lagi sibuk”, aku memasuki ruangan Bu Lin sembari mengucapkan salam.
“Wa’alaikumsalam anakku yang badel dan keras kepala, silahkan masuk, kebetulan Ibu lagi gak sibuk”, Bu Lin mempersilahkan aku masuk. Yaa… itulah julukanku bagi Bu Lin, si bandel dan keras kepala.

“Wuuiiihh sepertinya masalahnya berat nih, kamu mau curhat masalah Anna lagi?” Bu Lin langsung membuka obrolan, sembari duduk di sampingku. Yaa… Bu Lin inilah satu-satunya tempat curhatku kalau lagi ada masalah, terutama masalah asmara. (Anna siapa…?? Lain waktu akan diceritakan :D ).
“Waaah Ibu sok tau, ini masalahnya lain Bu, ini masalah masa depan”, kataku sambil melayangkan senyum.
“Tumben kamu ngomongin masalah masa depan Fin, biasanya gak pernah…”, Bu Lin mulai menatapku serius. “Kamu ada masalah apa, kok muka kamu sedih gitu?” lanjut Bu Lin.
“Begini Bu, aku rencana setelah lulus SMA mau lajutin kuliah di STAN Bu…”.
“Waaah bagus Fin, STAN itu sangat bagus, kalau udah lulus langsung kerja, kamu pasti bisa”, Bu Lin memotong penjelasanku.

“Nah itu dia masalahnya Bu, aku kan Bahasa Inggrisnya goblok banget, aku gak tau masalah apa-apa tentang pelajaran itu. Gimana dong Bu?” aku mulai menjelaskan masalahku.
“Oooo itu toh masalahnya… Ingat Nak, dimana ada kemauan pasti ada jalan, kamu berusaha dulu, persiapkan diri dari sekarang, rajin-rajin sholat, berdo’a pada Allah, dan Ibu yakin kamu pasti bisa. Kamu jangan kalah dulu sebelum berperang. Ibu paling benci sama orang yang pesimis seperti itu”, Bu Lin mulai memberikan semangat kepadaku.

“Iya Bu…, tapi peminatnya itu sangat banyak, dan kakak Rina aja yang juara kelas gak lolos, apalagi aku Bu, apa aku harus mundur dan kuliah ditempat lain aja Bu?” aku mulai pasrah.
“Gak… pokoknya Ibu gak mau tau, kamu harus persiapkan diri dari sekarang, dan kamu harus ikut USM. Ibu benar-benar yakin kamu mampu memenangkan persaingan jika kamu mau berusaha”, Bu Lin terus memberikan motivasi kepadaku.

“Ok Bu, aku janji sama Ibu kalo aku akan berusaha keras untuk mewujudkannya, Ibu do’ain aku yaa Bu”, aku menatap Bu Lin dengan muka yang berseri-seri.
“Naaah itu baru Alfin yang ibu kenal, semangat yaa Nak, kalau kamu sukses kami para guru di sini pasti bangga sama kamu. Ok… sekarang masuk kelas sana, udah bel tuh…”.
“Tapii Bu….”,
“Apa lagi Alfiiin”.
“Aku belum makan siang Bu, hehehe…”, aku pamit dan langsung berlari ke arah kantin, dan kulihat Bu Lin cuma geleng-geleng kepala melihat tingkahku.

***





"Say No To Copas"

Sumber Gambar : http://djagad.blogdetik.com/

0 komentar: